Penyakit non-parasiter pada benih gurami

 

Penyakit non-parasiter disebut juga dengan penyakit non-infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh kualitas media yang jelek atau penanganan budi daya yang salah. Penyakit non-parasiter dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu penyakit nutrisi, penyakit kejenuhan gas, dan penyakit kekurangan oksigen.

 

1. Kekurangan nutrisi

Penyakit ini disebabkan kekurangan asam amino dan vitamin pada pakan. Selain itu, juga dapat disebabkan keracunan alfatokin. Penyakit ini menyerang bagian insang dan badan bagian luar. Gejalanya adalah tutup insang keriput, tubuh ikan bengkok, dan pertumbuhannya lambat.

Munculnya penyakit ini dipicu oleh kualitas pakan yang jelek atau pakan yang sudah tercemar jamur.

Karena itu, penyakit ini dapat diobati dengan mengganti pakan yang lebih berkualitas dan memberikannya dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.

2. Kejenuhan gas

Penyakit ini disebabkan oleh kandungan nitrogen, oksigen, dan karbondioksida di dalam air kolam terlalu jenuh. Bagian yang terserang adalah kulit, mata, dan insang. Penyakit ini lebih banyak menyerang benih gurami.

Gejala klinis yang timbul pada ikan yang terkena penyakit ini adalah timbulnya gelembung udara di bagian kulit, mata, dan insang. Penyakit ini tidak menular, tetapi jika tida ksegera diobati akan menyebabkan gangguan kronis.

 

Penyakit ini dapat diatasi dengan cara mengganti air atau meningkatkan kualitas air kolam.

3. Kekurangan oksigen

Penyakit ini disebabkan oleh oksigen terlarut di dalam air rendah. bagian yang terserang adalah organ tubuh bagian dalam (paru). Penyakit ini menyerang gurami dari semua golongan umur. Gejala klinis yang muncul adalah gurami sering membuka tutup insang dan berkumpul di permukaan air.

 Munculnya penyakit ini dipicu oleh pertumbuhan plankton yang berlebihan dan kadar bahan organik terlarut sangat tinggi. Oleh karena itu,

 cara mengatasinya dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas air, mengurangi bahan organik, dan mengurangi kepadatan ikan.

semoga bermanfaat

mengenal tanda penyakit parasiter pada benih gurami

 

dalam hal budidaya benih gurami, yang menjadi kendala salah satunya adalah benih gurami terserang penyakit,hal ini membuat benih gurami menjadi lemas,tidak nafsu makan bahkan benih gurami bisa mati.

berikut berbagai macam Penyakit Parasiter yang sering di jumpai pada benih gurami dan cara mengobatinya, parasiter banyak disebabkan oleh jasad renik, berupa bakteri, jamur, virus, protozoa, nematoda dan udang renik.

1. Bintik putih

 

Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang memiliki bulu getar, yaitu Ichthyophthirius multifillis. Parasit ini biasanya berada di bawah lapisan epidermis kulit.

Gejala yang ditimbulkan adalah warna tubuh gurami menjadi pucat akibat dari adanya bintik putih di seluruh badan ikan. Gurami terlihat sering menggosok-gosokkan badannnya ke bagian dasar atau dinding kolam atau terlihat megap-megap dan sering berkumpul di tempat pemasukan air karena kekurangan oksigen.

Penyakit ini dapat menular melalui penggunaan peralatan yang tidak bersih. Penularan juga dapat terjadi akibat suhu air yang rendah (kurang dai 22 C), kurang makan, atau tertular penyakit dari ikan liar.

Cara Pengendaliannya dapat dilakukan dengan merendam gurami dalam larutan formalin 25 ml/m3 air. Selain itu, pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara menaikkan temperatur air kolam hingga mencapai 28 C.

2. Myxosporeasis

Penyakit myxosporeasis disebabkan oleh parasit Henneguya sp. dan Thellohanelus sp. yang menyerang insang. Gurami yang diserang penyakit ini biasanya sudah berumur satu bulan ke atas. Gejalanya muncul pembengkakan di bagian insang dan badan gurami.

Penyakit ini muncul akibat kualitas air yang buruk, kandungan oksigen terlarut rendah, dan kepadatan gurame yang terlalu tinggi. Penyakit ini dapat menular melalui air.

Pencegahannya dapat dilakukan dengan mengendapkan air sebelum diisikan kolam. Sementara itu, penanggulangannya dilakukan dengan mengeringkan kolam karena belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan penyakit ini.

3. Cacing insang dan cacing kulit

Penyakit cacing insang dan cacing kulit disebabkan oleh parsit Dactylogyriasis yang menyerang benih gurame, terutama di bagian badan dan insang. Gejalanya gurami tampak lemah, nafsu makan berkurang, dan sering berkumpul di permukaan air karena kekurangan oksigen.

Timbulnya penyakit ini didukung oleh kualitas air yang buruk, kekurangan pakan, padat tebar terlalu tinggi, dan suhu udara rendah. Penyakit ini dapat menular melalui media air.

 Mengatasinya dapat dilakukan dengan cara merendam benih gurame di dalam larutan garam dapur 300 g/m3 air selama 24 jam. Selain itu, benih juga dapat direndam di dalam larutan formalin 40 ml/m3 air selam 24 jam.

4. Kutu ikan

Penyakit kutu ikan disebabkan oleh Argulus sp. yang menyerang dengan cara menggigit seluruh bagian badan gurami. Di sekitar bekas gigitan akan terjadi perdarahan, yang jika dibiarkan akan semakin menghebat. Munculnya penyakit ini dipengaruhi oleh kualitas air yang buruk. Penularan terjadi melalui air dan kontak langsung antara gurami yang sehat dan gurame yang sakit.

 Penyakit ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam dapur 1,25% selama 15 menit.

5. Bercak merah

Penyakit bercak merah disebabkan oleh bakteri Aeromonas punctata dan Aeromonas hydrophylla. Badan gurami yang terserang penyakit ini akan berwarna gelap dan kulitnya menjadi kasar (akibat kekurangan lendir). Selain itu, benih gurami sering muncul ke permukaan air akibat kekurangan oksigen.

Mengatasi penyakit ini dapat dilakukan dengan cara merendam benih gurami di dalam larutan Oxytetracyclin 205 ppm. Perendaman dilakukan tiga kali berturut-turut, masing-masing selama 24 jam. Mengobati bekas luka dapat dilakukan dengan mengoleskan obat merah yang diencerkan. Satu mililiter obat merah dilarutkan ke dalam 10 ml air, lalu dioleskan ke bagian badan benih gurami yang luka.

Namun, sekarang telah ditemukan vaksin khusus yang dikenal dengan nama vaksin Hydovet untuk mencegah serangan bakteri Aeromonas hydrophylla. Caranya dengan menyuntikkan vaksin Hydrovet 0,8 ml/kg bobot tubuh ke induk betina. Vaksinasi maternal pada induk ikan gurame ini ternyata dapat meningkatkan ketahanan benih terhadap serangan bakteri A. hydrophilla. Hal ini diketahui dari terbentuknya antibodi pada induk dan benih gurame melalui titer antibodi. Vaksinasi maternal dapat menekan angka kematian ikan gurame hingga 10%. Teknik vaksinasi ini dapat dilakukan dengan mudah. Vaksin yang digunakan juga telah tersedia di pasaran degan harga relatif murah jika dibandingkan dengan kenaikan produksi.

6. Columnaris

Penyakit columnaris disebabkan oleh parasit Flexybacter columnaris yang menyerang bagian sirip dan insang. Penyakit ini menyerang  benih gurami dengan berbagai umur. Gejala klinis yang muncul adalah ikan menjadi lemas, nafsu makan berkurang, sirip rontok, dan insang terkelupas.

Penyakit ini dapat menulai melalui media air atau kontak langsung antara ikan sehat dengan ikan yang sakit.

 Pencegahan dapat dilakukan dengan melaksanakan sanitasi yang baik, mendesinfeksi peralatan, dan mengurangi kandungan bahan organik terlarut di dalam kolam. benih Gurami yang telah terserang penyakit ini, dapat diobati dengan cara direndam di dalam larutan Baytril 8-10 ppm selama 24 jam.

7. Trichodina

Penyakit trichodina disebabkan oleh parasit Trichodina sp. yang menyerang bagian kulit dan sirip ikan gurami. Serangan penyakit ini menyerang bagian kulit dan sirip ikan. Serangan penyakit ini menyebabkan luka di sekujur bagian yang diserang.

Penyakit ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam dapur 500-1.000 mg/l air selama 24 jam atau di dalam larutan formalin 25 mg/l air selama 24 jam.

8. TBC

Penyakit TBC sudah menjadi momok bagi para peternak ikan gurami. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian hingga 30-70%. Bahkan, jika lingkungan kurang mendukung, seperti air kotor dan suhu dingin, tingkat kematiannya dapat melebihi angka tadi. Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya secara kuantitas, tetapi harga jualnya pun turun karena tampilan ikan jelek. Penyakit TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium sp., terutama Mycobacterium fortuitum.

 

Parasit Mycobacterium fortuitum akan menyerang benih gurami, terutama yang sedang stres. Stres pada benih gurame dapat disebabkan oleh kualitas air yang jelek. Kualitas air kolam yang menurun dapat disebabkan adanya tumpukan limbah rumah tangga di dasar kolam. Keadaan ini menyebabkan bahan organik terlarut meningkat dan pH air menurun. Pada keasaman yang tinggi, oksigen terlarut menjadi sedikit dan bakteri yang berkembang menjadi lebih patonegik sehingga benih ikan gurami mudah stres.

Perbedaan suhu yang ekstrim antara malam dan siang (10-15 C) juga dapat mengakibatkan ikan lemah dan stres. Karena itu, serangan penyakit ini biasanya akan mengganas pada peralihan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Jika suhu air di bawah 26 C, bakteri dengan mudah menembus sistem pertahanan ikan.

Gejala benih gurami terserang penyakit TBC di antaranya nafsu makan berkurang. Akibatnya, sistem peredaran darah akan terganggu. Selain itu, adanya serangan bakteri atau patogen akan merangsang produksi lendir yang berlebih. Lendir ini berfungsi sebagai benteng pertahanan. Semakin gencar serangan bakteri, lendir yang dikeluarkan pun semakin banyak. Akibat produksi lendir yang berlebihan, lama-kelamaan kulit benih gurame mengering dan terkelupas.

Gejala lain benih gurami terserang TBC adlaah kulitnya menjadi lebih gelap dan timbul bercak merah hingga perdarahan di sekujur badan. Bercak merah biasanya ditemukan pertama kali di pangkal ekor atau di daerah sekitar anus. Jika bakteri lama berada di dalam badan benih gurami, akan muncul benjolan-benjolan kecil dan bagian perut ikan membengkak (dropsy). Bahkan, mata benih gurami akan menonjol seperti hendak jatuh. Benjolan atau pembengkakan ini disebabkan adanya pertumbuhan granuloma atau tubercle. Jika benjolan tersebut dibedah akan tampak granuloma berupa bintil-bintil kecil berwarna kemerahan. Granuloma ini merupakan hasil metabolisme bakteri Mecobateriosis fortuitum. Granuloma juga dapat menyebar ke organ lain, seperti ginjal, hati, dan limfa.

Penyakit TBC bersifat zoonosis, yaitu selain menginfeksi ikan, juga dapat menyerang manusia. Karyawan yang sering menangani ikan sakit dapat tertular penyakit ini jika tidak segera mencuci tangan. Jika terinfeksi biasanya akan timbul bintik-bintik atau koreng pada kulit kita. Dengan kemampuan virulensi yang tinggi, infeksi ini dapat menyebar dengan cepat.

TBC pada benih gurami termasuk penyakit yang sulit diobati. Jika seekor benih gurami terserang bakteri mematikan ini, seisi kolam dapat tertular. Penularan dapat terjadi melalui air, kontak tubuh, atau peralatan yang digunakan. Namun, jika sudah terjadi serangan dapat diatasi dengan menggunakan antibiotik Rifampisin dosis 10-20 mg/kg bobot tubuh atau Etambutol-HCl dosis 15-20 mg/kg bobot tubuh. Pengobatan ini memerlukan waktu sekitar enam bulan, bahkan lebih.

Melihat proses pengobatan yang memakan waktu lama dan obat yang digunakan juga banyak, otomatis biaya yang dikeluarkan juga bertambah. Karena itu, satu-satunya jalan yang efektif agar benih gurami tidak terserang penyakit TBC adalah pencegahan secara intensif. Pencegahan dapat dilakukan melalui perawatan kolam yang benar, menjaga kualitas air tetap baik, dan memberikan pakan yang benar.

 

Perawatan kolam yang dilakukan dengan cara membersihkan kolam setelah proses pemanenan. Lumpur dan kotoran yang mengendap di dasar kolam dibuang. Lapisan tanah di dasar kolam dibalik, lalu ditabur kapur pertanian sebanyak 100-150 g/m2. Jika tanah dasar kolam beraksi asam, dosis kapur yang ditambahkan dapat mencapai 200 g/m2. Selain sebagai desinfektan, kapur juga berguna untuk menurunkan keasaman air. Setelah diberi kapur, kolam dikeringkan selama satu minggu.

Sebelum dimasukkan ke dalam kolam, benih gurami sebaiknya diaklimatisasi agar terhindar dari stres. Caranya dengan menambahkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam kantong pengangkutan. Setelah itu, kantong pengangkutan yang sudah terbuka itu diapungkan di atas permukaan air kolam dan ikan dibiarkan keluar dengan sendirinya.

Agar tidak mudah terserang penyakit (meningkatkan daya tahan tubuh), benih gurami sebaiknya diberi imunostimulan. Misalnya, vitamin C dosis 150-500 mg/kg bobot tubuh yang diberikan selama 7-10 hari ketika benih gurame seukuran korek api. Selain vitamin C, benih gurami juga dapat diberi lipopolisakarida dosis 10 mg/liter. Untuk menekan pertumbuhan bakteri, pakan benih ikan gurami dapat ditambah dengan probiotik, seperti Super NB atau Aquasin dosis 1ppm seminggu sekali.

 

semoga bermanfaat

berbagai penyakit benih lele dan pencegahannya

 

Cara mengatasi penyakit pada ikan secara mudah dan cepat harus dicermati dulu tanda-tandanya. Jika anda sudah yakin jenis penyakit yang menyerang lele, barulah memulai proses pengobatan.

 

 

Jenis Penyakit Pada Ikan Lele Dan Cara Mengobati Penyakit Ikan

 

Penyakit jamur pada ikan

Penyakit yang disebabkan jamur (cendawan) umumnya menyerang ikan air tawar pada kolam organik. Penyakit pada ikan lele ini tidak menyerang lele yang sehat namun hanya menyerang ikan yang sedang sakit atau terluka serta dalam kondisi lemah.

 

Ciri-cirinya muncul serabut putih seperti kapas di sekitar bagian tubuh ikan yang terluka. Penyakit jenis ini juga bisa terdapat pada semua jenis ikan air tawar.

 

Bahan-bahan :

Garam dapur komposisi 1 kg per 25 m2

5 liter air bersih

1 botol cuka

Campurkan semua bahan di atas kemudian taburkan secara merata pada kolam ikan organik milik anda. Ramuan obat di atas juga bisa digunakan untuk mengatasi penyakit pada ikan air tawar lain.

 

Penyakit bintik-bintik putih

Bintik putih (Ichthyophthirius multifiliis) merupakan jenis penyakit yang umum diderita ikan air tawar. Penyebabnya adalah protozoa Ichthyopthirius yang muncul pada kolam yang sudah lama tergenang air.

 

Ciri-cirinya yaitu munculnya bintik-bintik putih pada kulit dan insang serta bisa menyebabkan kerusakan parah pada bagian tersebut.

 

Untuk menyembuhkan penyakit pada ikan lele berupa bintik putih, perbaiki sistem sanitasi kolam agar tidak menular ke ikan lain. Kemudian taburkan garam dapur ke kolam selama 2 – 3 kali secara berturut-turut.

 

Penyakit cacar pada ikan

Tanda-tanda ikan terkena penyakit cacar adalah timbulnya borok pada badan ikan kemudian rusaknya hati, limpa dan daging. Penyakit pada ikan lele ini disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas.

 

Untuk mengobati cacar pada ikan air tawar caranya tumbuk daun pepaya mentah dan tambahkan 10 kg garam kemudian taburkan di kolam.

 

Penyakit cacing pipih

Penyakit pada ikan lele berikutnya adalah cacing pipih yang menyebabkan menurunnya nafsu makan serta sering muncul ke permukaan air. Parasit ini merusak insang dan kulit sehingga membuat pernapasan ikan terganggu, keluarnya lendir, warna ikan pucat dan sirip menguncup.

 

Cara mengatasi penyakit pada ikan yang terserang cacing pipih bisa dilakukan dengan mengganti air dalam jumlah besar kemudian menaburkan garam halus ke kolam. Atau bisa juga merendam ikan yang sakit dengan larutan kalium permanganate (PK) konsentrasi 0,01% selama 30 menit.

 

Penyakit parasit pada ikan

Penyakit ini menyerang insang ikan air tawar, ditandai dengan sering berputar-putar serta menggantung pada permukaan air. Cara mengobati penyakit ikan ini dengan merendam ikan di larutan formalin konsentrasi 15 – 20 ppm.

 

Berbagai penyakit pada ikan lele dan air tawar lainnya di atas bisa saja menyerang ternak ikan anda. Usaha budidaya ikan memang menguntungkan meskipun banyak penyakit yang bisa menyerang ikan.

macam penyakit pada ikan tawar dan pencegahannya

 

penyakit -penyakit benih ikan tawar lele gurami bawal ikan mas nila dan patin sering di jumpai dalam berbudidaya benih ikan,semoga artikel di baewh ini dapat membatu mengatasinya,kenali tanda tandanya dan cara pencegahannya

Macam-macam Penyebab Penyakit pada Budidaya ikan

Dalam budidaya ikan kita pasti banyak menemui hambatan penyakit yang menyerang ikan budidaya yang tentunya berbagai macam penyebabnya haltersebut perlu di perhatikan dan di amati darimana penyebab penyakit itu terjadi dan menyebar serta cara penangan yang tepat seperti apa. Berikut adalah macam-macam penyebab terjadinya penyakit ikan budidaya :

 

A. Penyakit yang Diakibatkan oleh Bakteri

 

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri di sebut bakterial. penyakit ini secara umum di tandai dengan adanya luka berwarna kemerah-merahan atau bercak-bercak merah pada bagian tubuh luar ikan seperti bisul berisi cairan sirip mengalami pembusukan sehingga rusak, insang pucat dan rusak, perut mengalami pembengkakan dan kadang-kadang ekor ikan putus.

 

Jenis bakteri yang menyerang ikan air tawar, terutama leledan baug adalah bakteri Aeromonas Hydrophyla. bakteri ini dapat menyebabkan penyakit apabila lingkungan ataupun kondisi ikan itu sendiri menjadi buruk. Pencegahan penyakit bakterial dapat di lakukan dengan di gunakan obat-obatan seperti Malacheet Green (MG) berupa serbuk hijau yang bisa di beli di apotik atau di toko-toko obat. dosis yang di gunakan adalah 1 – 15 mg/liter. ikan yang sakit di rendam dalam larutan malacheet green (MG) selama kira-kira kurang lebih 10 – 15 menit. pengobatan di lakukan selama 3 kali berturut dengan jarak waktu 2 – 3 hari.

 

B. Penyebab Penyakit yang Diakibatkan oleh Jamur

 

Tanda-tanda ikan yang terserang jamur adalah pada kulit ikan di tumbuhi benag-benang halus seperti kapas berwarna putih atau putih kecoklat-coklatan.  jenis jamur yang sering menyerang ikan air tawar (seperti catfish) adalah jamur Aphanomyces (menyerang bagian dalam tubuh) dan saprolegmia (menyerang bagian luar tubuh). pencegahan dan pengobatan penyakit ini adalah dapat di lakukan dengan menjaga kebersihan kolam atau keramba dan menghindari perlakuan yang dapat menimbulkan luka pada ikan. ikan yang terserang penyakit jamur di celupkan kedalam larutan malacheet green dosis 60 g/M3 selama 15 menit, atau dengan dosis 2 – 3 gram / m3 selama 1 jam atau di celupkan dalam larutan formalin (kadar 10 %) dengan dosis 1,5 – 2 cc/liter air selama 15 menit.

 

C. Penyakkit yang Disebabkan oleh Protozoa

 

Penyakit yang paling sering di jumpai pada larva ikan adalah penyakit bintik putih (white spot). penyakit ini di sebabkan oleh parasit protozoa dari jenis Ichthyopthirius multifilis sehingga sering juga di sebut penyakit "Ich". Ichthyopthirius multifilis ini sering merusak sel-sel lendir ikan dan dapat menyebabkan pendarahan yang sering terlihat pada sirip dan insang ikan.

 

Pencegahan penyakit Ichthyopthirius multifilis dapat di lakukan dengan menciptakan suasana kesegaran dan kesehatan bagi ikan dengan mengusahakan kualitas air tetap dalam kondisi optimal yang di sertai pemberian pakan yang baik. pengobatan atau pemberantasan penyakit dapat di lakukan sebagai berikut :

Ikan yang sakit direndam dalam larutan garam dapur (NaCI) dosis 10 – 15 g/liter air selama 20 menit atau 25 g/liter selama 10 – 15 menit.

Ikan yang sakit di rendam dalam larutan malacheet green (MG) dengan dosis 0,005 mg/liter selama 3 – 4 hari atau 0,15 mg/liter.

Suhu air di tingkatkan menjadi 30 0C dan setiap hari air di ganti 50 %.

Ikan yang sakit di rendam dalam Acriflavine (hydrochlorida) dosis 10 mg/liter.

D. Penyakit yang Disebabkan oleh Learnea

 

Parasit Learnea merupakan parasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan. Parasit ini dapat menyebabkan terjadinya luka-luka sehingga menjadi jalan masuk bagi bakteri jamur, dan virus. Timbulnya learnea ini disebabkan oleh banyaknya bahan organik berupa sampah, sisa pemupukan dan sisa-sisa makanan, pengairan kolam yang tidak mengalir, suhu yang relatif tinggi, atau padat penebaran yang tinggi.

 

Gejala-gejala pada ikan yang terserang penyakit Learnea adalah pada bagian badan, sirip dan mata di temukan parasit yang menempel. Ikan yang terserang penyakit ini juga sering mengalami luka-luka atau radang pada tempat melekatnya parasit. Pencegahan Penyakit Learnea dapat dilakukan dengan menyaring air terlebih dahulu sebelum di masukan ke kolam. Ikan yang sakit di rendam dalam alrutan PK (Kalium Permanganat = KmnO2) dosis 20 – 25 mg/liter selama 2 – 3 jam. Pengendalian penyakit dapat juga dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan formalin 10 % dengan dosis 250ml/M3air selama 10 – 15 menit dan di ulangi 2 – 3 kali dalam selang waktu 2 – 3 hari. pencegahan penyakpit ini juga di lakukan dengan merendam ikan  yang terserang dengan menggukanan Dipterex Bromex dosis 0,25 mg/liter.

 

E. Penyakit yang Disebabkan oleh Kutu Ikan (Argulus)

 

Kutu ikan (Argulus) hidup dengan cara mengisap darah ikan. Kutu ikan ini dapat hidup berpindah-pindah dari satu ekor ikan ke ikan yang lain tanda-tanda ikan yang terserang kutu ikan adalah ikan menjadi kurus, bahkan ikan yang terserang sering mati karena disengat dan di hisap darahnya. gerakan ikan menjdi lamban dan pada badan (tubuh) kadang-kadang terdapat bintik merah.

 

Pencegahan kutu ikan dapat dilakukan dengan pengeringan kolam secara berkala sambil mengolah tanah, memupuk, mengapur memusnahkan telur-telur Argulus serta pergantian air kolam sesering mungkin pembrantasan atau pengobatan terhadap ikan yang terserang penyakit ini dapat di tempuh dengan merendam ikan dalam alrutan garam (NaCL) 20 g/liter selama 5 menit atau dapat juga merendam ikan yang sakit dalam Insektisida Malathin dan Dipterex dengan dosis 0,25 mg/liter.

demikian salahsatu cara mengobati benih ikan yang terserang penyakit.

semoga bermanfaat

manfaat garam bagi ikan

Benda berupa kristal berwarna putih ini sudah sangat lama dikenal oleh para akuaris. Keberadaannya bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan kehadiran benda ini seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan hias. Garam yang dimaksud adalah garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita kenal pada umumnya sebagai garam dapur dalam kehidupan sehari-hari. Rupa dan rasanya sama. Perbedaan utama antara garam ikan dengan garam dapur atau garam meja adalah pada kemurniannya. Garam ikan diharapkan hanya mengandung NaCl saja, karena kehadiran bahan lain pada garam ini dikhawatirkan akan mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada ikan yang bersangkutan. Sedangkan garam dapur sering telah mengalami pengkayaan dengan berbagai bahan lain yang diperlukan oleh manusia, seperti Iodium, atau bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali secara umum disebutkan bahwa garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak beriodium. Iodium sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi kehadiran bahan lain yang tidak diketahui dengan pastilah yang menimbulkan kekhawatiran akan menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Apabila tidak terlalu mendesak maka penggunaan garam yang memang sudah dikhususkan untuk ikan akan lebih aman. Meskipun demikian banyak dilaporkan bahwa penggunaan garam beriodiumpun tidak menyebabkan dampak merugikan pada ikan-ikan yang diberi perlakuan tersebut. 

Fungsi Garam
Ikan , dalam hal ini ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam didalam tubuhya tidak mudah “bocor” kedalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang. 

Air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada diluar batas toleransinya.

Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga ikan tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu sendiri. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja dosisnya harus diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan menjadi terdehidrasi dan akhirnya mati.

Pada kadar yang tinggi garam sendiri dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi. 

Beberapa Keunggulan Garam Ikan
Pemberian garam termasuk aman bagi ikan, asal diberikan dengan dosis yang sesuai. Selain itu juga aman bagi manusia. 
Seperti disebutkan sebelumnya, garam akan membantu menyeimbangkan kembali proses osmoregulasi dan memicu daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit yang dideritanya.
Sampai tahap tertentu diketahui garam mampu memblokir efek nitrit. Nitrit dalam air dapat terserap kedalam system peredaran darah ikan, sehingga darah berubah menjadi kecoklatan. Kehadiran nitrit akan menyebabkan kemampuannya untuk membawa oksigen menjadi menurun, sehingga pada kondisi kelebihan nitrit sering terjadi “penyakit darah coklat”. Dengan adanya garam kejadian demikian bisa dihindari.
Garam mampu membunuh parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich (white spot), jamur dan bakteri lainnya. Terakhir garam mudah didapat dan mudah dibeli, sehingga bisa tersedia setiap saat pada waktu diperlukan.

Dosis dan Cara Pemberian

Garam sudah lama digunakan sebagai antiseptik pada akuarium, selain itu juga kerap digunakan sebagai anti jamur (fungisida). Meskipun demikian akhir-akhir ini penggunaan garam sebagai fungisida relatif jarang dilakukan karena banyaknya anti jamur lain yang telah dibuat khusus untuk ikan.

Beberapa dosis penggunaan garam adalah:

Sebagai profilaktik:
Sebagai profilaktik, atau sebagai tonik, atau dalam bahasa umum sebagai “jamu” dianjurkan untuk menggunakan garam sebanyak 1 – 2 sendok teh garam per 4 liter air, atau sebanyak 1 – 2 gram per liter. Atau dengan kata lain sebanyak 0.1 – 0.2 persen. Sebelumnya garam disiapkan di suatu wadah. Kemudian dibuat larutan dalam wadah tersebut sesuai dengan dosis. Setelah garam melarut baru dimasukan kedalam akuarium. Dosis sebagai “jamu” ini digunakan apabila kita belum tahu persis penyakit apa yang sebenarnya menjangkiti ikan, atau bisa juga digunakan apabila ikan terluka, stress dan sejenisnya. Dengan demikian sistem osmoregulasi ikan tetap prima sehingga ikan mudah melakukan pemulihan.

Sebagai perlakuan pengobatan infeksi jamur dan atau bakteri
Untuk keperluan ini diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1 %, atau larutan 10 g garam dan 1 liter air. Pemberian larutan ini hendaknya diberikan secara sedikit demi sedikit sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai setelah 24 – 48 jam. Jadi jangan diberikan sekaligus sebanyak 1 %, tapi diberikan secara perlahan-lahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kejutan osmotic, atau stress pada ikan yang bersangkutan. 

Pada awalnya konsentrasi larutan dapat dimulai pada tingkat 0.1 – 0.2 %. Kemudian secara teratur garam ditambahkan pada selang waktu tertentu, misalnya setiap 3-4 jam sekali. Apabila pada saat peningkatan konsentrasi garam ini ikan mengalami stress, hentikan segera perlakuan, kemudian ganti air sebagian sehingga konsentrasi garam turun ketingkat semula.

Untuk mengurangi pengaruh racun dari nitrit.
Untuk mengurangi pengaruh nitrit dosis yang dianjurkan adalah 1 gram perliter air.

Untuk melepaskan lintah pada ikan
Dapat dilakukan dengan merendam ikan yang bersangkutan secara singkat dalam larutan garam 2.5 %. Perendaman pada dosis demikian akan menyebabkan lintah melepaskan diri dari tubuh ikan. Meskipun demikian larutan ini tidak akan membunuh lintah itu sendiri.

Sebagai obat infeksi Piscinoodinium (Velvet).
Pengobatan terhadap infeksi Piscinoodinium dapat dilakukan dengan perendaman jangka panjang dalam larutan garam dengan konsentrasi 10 gram per 45 liter air. Atau 1 sendok teh per 4 liter air. 

Perhitungan
Untuk memberikan perlakuan garam yang tepat pertama kali harus diketahui volume air dari akuarium yang akan diberi perlakuan. Sebagai contoh apabila anda mempunyai akuarium dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm tapi diisi air setinggai 40 cm saja, maka volume airnya adalah 100 x 50 x 40 cm3 = 2.000.000 cm3 atau sama dengan 200 liter air atau sama dengan 200 kg.
Apabila dosis garam yang diperlukan adalah 1 % maka garam yang diperlukan adalah 1 % (0.01) x 200 kg = 2 kg . Sedangkan bila dosis garam yang diperlukan adalah 0.1 % maka yang diperlukan adalah 0.1 % (0.001) x 200 kg = 0.2 kg atau kurang lebih 2 ons atau 200 gram.

Perlu diperhatikan bahwa tidak semua ikan air tawar tahan terhadap pemberian garam. Oleh karena itu, sebelum melakukan perlakuan pemberian garam, yakinlah terlebih dahulu bahwa ikan yang dipelihara bukan termasuk ikan yang peka terhadap garam.

Sumber : O-FISH